Alkisah, di sebuah negeri impian
yang bernama NKSU alias Negara Kesatuan Salah Urus. Negeri kaya
raya, konon gemah ripah loh jinawi. Negeri ini memiliki penduduk yang banyak,
sangat banyak. Hampir semua penduduknya beragama, bahkan mengklaim bangsa yang
menjunjung tinggi nilai agama, walaupun dalam prakteknya negeri ini tidak mau
memakai agama dalam Undang-undang Negaranya. Negara Agama, bukan. Negara
Komunis juga bukan. Tapi dengan malu-malu akhirnya mengakui bahwa dia
sebenarnya negara Sekuler.
Setelah sekian lama dijajah oleh
bangsa Bar Bar selama beratus tahun, lalu akhirnya Negeri impian ini merdeka. Dengan
darah dan airmata para pejuang yang ikhlas, negeri impian ini medeka dari
penjajah.Tapi lagi-lagi negeri ini belum sepenuhnya merdeka, terutama merdeka
dalam “kebodohan”. Konon suatu hari, DPR negeri ini akan mengadakan rapat pleno
tentang pembahasan anggaran pendidikan sebesar 20%.
Rapat penting itu dihadiri
hampir semua fraksi dari partai-partai yang ada. Partai Pisang Goreng, Partai Onde-onde, Partai Nasi Aking, Partai
Senyum Manis, bahkan Partai Bingung Sendiri juga hadir lengkap dengan
Fraksi dan Komisi nya. Tapi yang paling menonjol adalah dari dari Komisi 212, yaitu komisi yang menangani
masalah PENDIDIKAN dan Pengentasan “KEGENDENGAN”.
Singkat cerita, setelah terjadi
perdebatan alot antar Partai, dimana setiap Partai pada memperjuangkan nasibnya
sendiri-sendiri sampai lupa hari itu akan membahas tentang pengesahan Anggaran
Pendidikan 20% untuk pendidikan. Akhirnya Presiden yang gemes melihat hal itu,
segera kirim SMS pada ketua DPR (Dewan
Penghisap Rakyat) menyuruh segera menertibkan sidang tersebut. Lalu
dengan cepat Ketua DPR menggebrak meja sambil teriak “Matikan Laptop, Ipad, HP,
BBM, emang ga bosan nonton film Parno terus! Itu bikin otak kita ga pinter
tauuuuu.... kata ustadz itu kan dosa gitu lochh...”. Hadirin langsung diam dan
pucat apalagi banyak media massa yang sedang meliput disitu. Akhirnya disahkanlah anggaran pendidikan 20%
tersebut dengan berat hati.
Dengan bangga Pemerintah Negeri
ini mengklaim telah berhasil dalam menangani pendidikan nasional. Maklum
perintah sebelumnya belum sadar akan pentingnya pendidikan jadi baru rezim
inilah yang berani seperti itu.
Beberapa tahun kemudian ternyata
banyak ditemukan anak-anak yang tidak sekolah, gedung sekolah roboh, guru
menuntut kesejahteraan, bahkan fasilitas pendidikan pun masih jauh dari kata
lengkap. Meskipun itu ada tapi kualitas sarana pendidikan sangat buruk. Lalu
kemana Anggaran sebanyak itu mengalir sehingga kurang menyentuh dari tujuan
semula? Kenapa Banyak Gedung sekolah rusak, padahal belum lama dibangun? Kenapa
Fasilitas pembelajaran berkualitas jelek?
Lalu apa dan siapa yang salah?
Pemenang tender proyek yang mengurangi kualitas kaleee..... EEEEeeee selidik
punya selidik, informasi dari agen 0077 ternyata sudah ada deal alias kong
kalikong sesama pemegang kebijakan untuk bagi-bagi untuk atas sebuah proyek,
mulai dari hulu sampai hilir, semua minta bagian (maklum, koruptor dihukum
ringan disini). Aduh-aduh, kalu begini ceritanya berapapun anggaran yang
dianggarkan ya tidak akan menjamin kualitas pendidikan. Dan negerinya itu sudah
menjadi rahasia umum di negeri ini. Maklumlah, untuk menghidupi partai, emang
jalan apalagi kalau tidak bermain seperti ini. Tidak lucunya banyak fasilitas
pendidikan yang masih jauh dari kata baik, biaya kuliah sangat tinggi,wajar
warga negara hanya cukup lulus SMA dan menjadi kuli di pabrik-pabrik orang
bermata sipit, alamaakkkkkk.....
Akhirnya, semua bingung, para
pakar pendidikan juga bingung, dan berdirilah Partai Bingung dimana-mana.
Inilah potret disebuah Negeri
bernama Negara Kesatuan Salah Urus, Negara auto pilot yang tidak Ideologis,
Negara yang tidak tau harus berbuat apa, bukankah agama sudah mengajarkan
bagaimana mengurus pendidikan, bahkan mengurus negara, tapi itu tidak berlaku
di Negeri ini. Wallahualam.
0 komentar:
Posting Komentar
Makasih atas komennya yaaa : )