Kamis, 20 September 2012

Sikap kita tentang makna kebebasan

Ketika seorang murid bertanya kepada saya di tengah pelajaran berlangsung. Kenapa kita (muslim) selalu dihina dan dilecehkan oleh umat agama lain, bagaimana sikap yang harus kita lakukan?. Mereka berdalih kebebasan berekspresi. Apalagi saat ini tengah hangatnya berita tentang film kontroversial Innocent of Muslims.

Saya menyadari bahwa mengajar siswa SMA tentu berbeda dengan siswa SD yang pada umumnya belum terpikirkan masalah seperti itu. Menjadi seorang guru ibarat menjadi seorang model atau artis bagi siswa-siswanya tentu mereka akan meniru ucapan dan tindakan kita. Dalam hal ini tentu saya tidak boleh ngomong sembarangan karena ini sangatlah sensitif.

Sebagai seorang muslim tentu saya sangat marah dengan masalah yang ditanyakan siswa tersebut yaitu penghinaan terhadap agama, tapi sebagai pendidik saya harus dapat meredam kemarahan seseorang yang sedang dihina. Karena saya khawatir sesuatu yang kontra produktif terjadi jika sikap dan ucapan saya yang kurang tepat dalam masalah SARA tersebut. Tapi sebagai seorang yang guru saya harus tetap menjawab supaya memuaskna para murid saya.

Saya bukan guru agama tapi bukan berarti saya buta akan agama saya sendiri. Mencoba menjelaskan kepada siswa bahwa contoh kita Rasulullah SAW mengajarkan kepada kita untuk berbuat baik kepada siapapun, bahkan terhadap musuh sekalipun. Janganlah kita sebagai muslim membalas kejahatan yang sama. Kita tunjukan bahwa kita lebih baik dari mereka (penghina Nabi). Protes terhadap mereka yang mengatas namakan kebebasan itu wajar bahkan harus, sebagaiman tanda kecintaan kita terhadap Nabi, kebebasan bukan berarti bebas menghina orang apalagi agama, tapi ingat jangan pernah anarkis karena akan merugikan diri sendiri dan tidak menyelesaikan masalah.

Lalu, saya tanyakan kepada mereka apakah ada yang punya induk ayam dirumah dan ayam tersebut sedang mempunyai anak-anak ayam. Apa yang terjadi jika anak ayam itu kita ganggu, pasti induk ayam marah luarbiasa dan berusaha melindungi anak-anaknya. Itulah yang terjadi pada muslim saat ini, mereka kehilangan induk semenjak tahun 1924 M, dimana kekhalifahan Turki Usmani diruntuhkan oleh Mustafa Kemal. Muslim sekarang tak punya induk dan pelindung. Maka dari itu, kewajiban generasi muda lah membentuk "pelindung" tangguh bagi kaum muslim. Percayalah penghinaan itu tidak akan selesai sebelum ada induk pelindung bagi kaum muslim. Maka sekuat apapun protes dan kecaman tak akan menyurutkan orang-orang jahat itu untuk terus menghina kita.

Sebagai orang muslim dan juga orang Indonesia, marilah kita beri contoh kaum lain dengan akhlak mulia yang dicontohkan Nabi SAW. Kita jaga kerukunan antar umat beragama. Seperti yang diajarkan Nabi, bahwa haram hukumnya menyakiti kafir zimmi (non muslim yang mau hidup rukun berdampingan dengan muslim). Dan yang paling penting, kembali ke ajaran agama (syariat) dalam setiap masalah adalah kunci buat segala masalah, termasuk masalah penghinaan terhadap Nabi. Wallahualam.





2 komentar:

  1. bagus sir artikelnya..ikuti blog saya sir www.shinigamishare.wordpress.com

    BalasHapus

Makasih atas komennya yaaa : )